Hello, Yin... Gimana kabaranya?
Yin, aku abis ke Papandayan lagi lhooo... hihihiii
Yin, do you miss me? I do miss you, Yin...
Yin, please take me away from here!
Bosan, Yin... Bosan!
Yin, katanya airmata itu bagus ya buat kesehatan mata, kesehatan psikologis dan lain-lain ya? Tapi kayaknya aku lagi gak mau, Yin. Anyway, jangan datang dulu donk, Yin. Aku sedang tidak butuh dijenguk hahahaaa. Kamu merepotkan, Yin. Nanti aja datangnya pas dipanggil yah? Janji!
Yin, kamu di mana? Pasti sedang bahagia dengan orang-orang sekitar kamu. Selamat yah! Aku senang kalau kamu bahagia. Lanjutkan, Yin. Jangan lupa, Yin. Jangan jadi terlalu baik sama orang. Jangan sampai aku bilang kamu "bodoh" lagi yak? Hahahaaa.
Yin, kamu tahu aku akan punya pekerjaan baru kan? Baru kali ini aku bercerita tentang pekerjaan sama kamu. Biasanya aku bercerita tentang masalah hati hahahaaa... Eits, hati itu bisa masalah mood dan lain-lain ya kan? Aku cuma sudah jarang dengar dan lihat kabar kamu, Yin. Aku hanya ingin memastikan kamu sedang bahagia.
Yin, aku minta didoain boleh? Biasanya aku mau minta doa yang terbaik kan ya? Aku cuma minta kamu berdoa supaya aku bisa bertemu dengan kamu lagi. Kapan ya? Entah. Biar Tuhan saja yang atur. Gimana Okay?
Yasudah ya... Itu aja. Aku bingung, mau minta kamu jangan datang dulu atau datang biar aku bisa cerita semuanya?
Salam hangat,
Yang
Tempat curhat terbuka yang rahasia. Hanya yang peduli dan yang penasaranlah yang tahu. Kamu yang mana?
Senin, 22 Februari 2016
Jumat, 12 Februari 2016
Surat Untuk Yin IV
Woi, Yin! Apa kabar? Sudah lama tidak berkabar.
Yin, kebosanan mulai berkurang nih. Tapi bukan berarti kesenangan juga bertambah. Jenuh sih, Yin. Tapi kayaknya udah mulai terbiasa aja.
Kamu gimana? Kelihatannya kamu baik-baik aja deh. Di akun jejaring sosial kamu keliatannya tambahh banyak temen. Baguslah. Jangan temenan sama orang yang itu-itu lagi. Nambah donk. Kayak sekarang. Sekarang makin banyak aja. Ohya, masa iya ga ada satupun yang bikin kamu tertarik? Yakin? Kamu masih straight kan? Hihihiii
Yin, masa ada orang yang berubah karena aku lho, Yin. Aku hebat apa gimana? Ehya, kamu pernah bilang sama aku kan kalau aku itu punya kemampuan memancing orang cerita masalah pribadi dia bahkan orang yang tertutup sekalipun. Kayaknya kamu benar deh. Aku baru sadar. Dari mulai abang gojek yang cerita tentang pengalaman mudanya suka naik gunung, atau ada abang gojek yang curhat masalah keuangannya dan keuangan perusahaannya (dia juga karyawan) terus ada juga kamu kan? Ya kan? Hihihiii ada banyak yang lain lagi lhooo... Dan kamu selalu berhasil menebak aku dengan "I already know you so well". Aku mah bisa apa atuh. Firasat kamu kuat, Yin. Salut aku.
Yin, gimana keadaan kamu? Masih suka bosan? Lama nian kita tidak berkabar. Aku cuma bisa memantau, tapi tidak bisa menjangkau.
Kamu masih boros gak? Atuh sholatnya dijaga yak. Udah ada yg ngingetin lagi dua hal itu gak? Kalo ga ada, masa iya aku harus cariin buat kamu. Kamu mah kan milih-milih. Tapi ga dipilih-pilihm mwahahahahahaaa peace 😛
Jangan ngambek yah. Kamu mah kadang suka sensitif. Etapi sensitifnya kamu itu yang membuat kamu mudah merasakan perasaan, mood dan membaca lawan bicara kamu dengan mudah. Sekali lagi salut!
Yin, hati-hati hujan. Awas jangan ingusan lagi! Hehehehee
Yin, kalau kamu rindu, aku ada di udara kok. Panggil saja lewat doa. Nanti aku datang. Karena Tuhan kan Maha Mendengar.
Yin, kamu jangan lupa bahagia ya. Lowong waktu kerjanya jangan buat lhat-lihat online shop. Ntar penyakit borosnya kumaaaat!
Yin, rindu...
Salam,
Yang
Yin, kebosanan mulai berkurang nih. Tapi bukan berarti kesenangan juga bertambah. Jenuh sih, Yin. Tapi kayaknya udah mulai terbiasa aja.
Kamu gimana? Kelihatannya kamu baik-baik aja deh. Di akun jejaring sosial kamu keliatannya tambahh banyak temen. Baguslah. Jangan temenan sama orang yang itu-itu lagi. Nambah donk. Kayak sekarang. Sekarang makin banyak aja. Ohya, masa iya ga ada satupun yang bikin kamu tertarik? Yakin? Kamu masih straight kan? Hihihiii
Yin, masa ada orang yang berubah karena aku lho, Yin. Aku hebat apa gimana? Ehya, kamu pernah bilang sama aku kan kalau aku itu punya kemampuan memancing orang cerita masalah pribadi dia bahkan orang yang tertutup sekalipun. Kayaknya kamu benar deh. Aku baru sadar. Dari mulai abang gojek yang cerita tentang pengalaman mudanya suka naik gunung, atau ada abang gojek yang curhat masalah keuangannya dan keuangan perusahaannya (dia juga karyawan) terus ada juga kamu kan? Ya kan? Hihihiii ada banyak yang lain lagi lhooo... Dan kamu selalu berhasil menebak aku dengan "I already know you so well". Aku mah bisa apa atuh. Firasat kamu kuat, Yin. Salut aku.
Yin, gimana keadaan kamu? Masih suka bosan? Lama nian kita tidak berkabar. Aku cuma bisa memantau, tapi tidak bisa menjangkau.
Kamu masih boros gak? Atuh sholatnya dijaga yak. Udah ada yg ngingetin lagi dua hal itu gak? Kalo ga ada, masa iya aku harus cariin buat kamu. Kamu mah kan milih-milih. Tapi ga dipilih-pilihm mwahahahahahaaa peace 😛
Jangan ngambek yah. Kamu mah kadang suka sensitif. Etapi sensitifnya kamu itu yang membuat kamu mudah merasakan perasaan, mood dan membaca lawan bicara kamu dengan mudah. Sekali lagi salut!
Yin, hati-hati hujan. Awas jangan ingusan lagi! Hehehehee
Yin, kalau kamu rindu, aku ada di udara kok. Panggil saja lewat doa. Nanti aku datang. Karena Tuhan kan Maha Mendengar.
Yin, kamu jangan lupa bahagia ya. Lowong waktu kerjanya jangan buat lhat-lihat online shop. Ntar penyakit borosnya kumaaaat!
Yin, rindu...
Salam,
Yang
Kamis, 11 Februari 2016
Kepada: Yin (Part 2)
Langit merapikan kerah kemejanya. Dia mengambil tas yang berisi amplop-amplop berbagai ukuran dan berkotak-kotak paket yang harus diantar ketujuan sesuai alamat yang tertera.
Ini merupakan hari pertama Langit bekerja. Sebagai kurir untuk Kantor Pos. Langit menghentikan langkahnya di depan sebuah papan pengumuman yang dilapisi kaca dan adapat sedikit memantulkan bayangan. Langit mulai mematut diri lagi. Dibenahinya kancing, kerah dan letak tas slempangnya yang telah tergantung di bahunya.
Langit mengantarkan satu persatu surat dan paket yang ia pegang. Kemudian Langit sampai kepada suatu alamat. Langit terdiam. Langit memandangi rumah itu dari luar pintu pagarnya. Setelah beberapa kali bertanya pada orang sekitar dan oramg yang lewat, Langit akhirnya memutuskan kembali ke Kantor Pos. Sesampainya ke Kantor, Langit menuju meja administrasi.
"Ini surat gak salah alamat ya?" Kata Langit sambil mengeluarkan sebuah amplop putih kepada petugas administrasi. Petugas itu mengerutkan dahi. Lalu melihat amplopnya dan mengembalikannya pada Langit.
"Taruh aja di situ" Kata petugas administrasi tersebut.
"Lho? Kenapa?" Langit bertanya-tanya.
"Tuh Lihat! Yang di rak sana itu kumpulan surat yang sama dengan alamat sama, nama tujuan sama dan dengan pengirim yang sama." Kata petugas Administrasi.
Langit memegangi amplop itu dengan heran lalu dia melemparkan pandangannya ke rak yang ditunjuk petugas administrasi. Langit terdiam.
"Sudah berapa lama si Pengirim ini mengirimkan surat-suratnya tanpa balasan? Apa dia tidak tahu kalau pemilim rumah itu sudah tidak di imsitu? Rumah itu kosong. Ilalang dan rumput di taman depannya saja sudah meninggi."
"Tuh, lihat aja"
Kemudian langit terdiam. Dia hanya membayangkan betapa setianya sang pengirim. Bahkan ketiak waktu telah berlalu begitu lama, si pengirim tetap tidak lelah dan tetap setia mengirimkan surat tanpa pernah mendapatkan balasan.
Kepada:
Yin
Kepada: Yin (Part 1)
Kesekian kalinya gadis itu nampak gembira menuju meja bagian pengiriman surat. Sambil membawa amplop putih yang telah direkatkan rapi serta ditempeli perangko, wajah manisnya menghiasi Kantor Pos di setiap kamis. Petugas di meja itupun dengan ramah menyambutnya dan berbincang sebentar dengan gadis itu.
Setiap kamis, gadis manis itu mengirimkan surat kepada seseorang yang sama dengan alamat yang sama. Mungkin dia orang yang sangat spesial untuk gadis itu.
Gadis itu bersegera pergi untuk melanjutkan kegiatannya yang padat setelah menyempatkan diri sejenak ke Kantor Pos. Demi sepucuk surat itu.
Kepada:
Yin.
Setiap kamis, gadis manis itu mengirimkan surat kepada seseorang yang sama dengan alamat yang sama. Mungkin dia orang yang sangat spesial untuk gadis itu.
Gadis itu bersegera pergi untuk melanjutkan kegiatannya yang padat setelah menyempatkan diri sejenak ke Kantor Pos. Demi sepucuk surat itu.
Kepada:
Yin.
Selasa, 09 Februari 2016
Surat Untuk Yin III
Hello, Yin. Lagi apa? Biasanya aku bertanya seperti itu. Bergantian. Kamu juga.
Yin, sehat? Biasanya dimusim gampang hujan gampang panas begini kamu cepat demam atau hidung gampang meler. Atau cukup dengan beberapa hari turun ke lapangan, kamu sudah jadi anak ingusan dalam arti yang sesungguhnya.
Yin, aku bosan. Bosan yang sangat. Rasanya jalan-jalanpun tidak cukup untuk meredakan kebosanannya. Tapi Yin, sesaat di sore tadi, aku melihat dari kaca ruang kerjaku. Aku berkata pada rekan kerjaku sambil duduk menatap takjub ke luar jendela kaca itu, "Mas, di luar sana banyak ya yang bekerja lebih keras dari kita." Dan rekanku itu menjawab, "Iya, neng. Kita beruntung hujan-hujan gini ngadem di dalam ruangan. Beberapa orang terpaksa menerjang hujan untuk melanjutkan hidup."
Yin, aku masih termenung. Beberapa waktu sebelum hujan di hari ini aku mengeluh. Tentang hidup dan segala ketidakberuntungan yang aku miliki ---tapi kamu kebetulan memilikinya--- dan rasa iri. Aku kemudian menoleh sedikit ke bawah. Aku menjatuhkan pandanganku pada pintu gerbang gedung sebelah. Di depannya ada sekotak pos satpam dengan satu orang satpam di sana. Aku mengeluarkan pembicaraan lagi pada rekan kerjaku, "Mas, kebayang gak sih jadi satpam itu? Kerjanya sendirian. Hujan-hujan gini di luar. Seharian penuh cuma di situ (pos satpam) aja tanpa hiburan dan ga bisa ke mana-mana." Rekanku menjawab, "Iya, neng. Kita masih untung masih bisa ngobrol di dalam ruangan dan ada teman banyak." Duh, Yin. Sekali lagi aku tertampar hujan. Ternyata hujan bukan hanya mesin waktu yang membawa kenangan, tapi juga mengajak melihat kenyataan.
Yin, kamu jangan boros-boros lagi donk. Cari uang itu susah! Belilah yang kamu perlu. Bukan yang kamu mau... Duh... aku ingat bila kamu mau membeli sesuatu, kamu sering minta pendapat dan tak jarang kamu membatalkan niat membeli sesuatu karena kamu sadar bahwa itu hanya hawa nafsu belaka. Sekarang kamu bagaimana, Yin? Masih ada yang mengingatkan tidak?
Yin, kamu bahagiakan? Kalau tidak, datanglah. Kamu tahu di mana bisa menemukan aku.
Salam,
Yang
Yin, sehat? Biasanya dimusim gampang hujan gampang panas begini kamu cepat demam atau hidung gampang meler. Atau cukup dengan beberapa hari turun ke lapangan, kamu sudah jadi anak ingusan dalam arti yang sesungguhnya.
Yin, aku bosan. Bosan yang sangat. Rasanya jalan-jalanpun tidak cukup untuk meredakan kebosanannya. Tapi Yin, sesaat di sore tadi, aku melihat dari kaca ruang kerjaku. Aku berkata pada rekan kerjaku sambil duduk menatap takjub ke luar jendela kaca itu, "Mas, di luar sana banyak ya yang bekerja lebih keras dari kita." Dan rekanku itu menjawab, "Iya, neng. Kita beruntung hujan-hujan gini ngadem di dalam ruangan. Beberapa orang terpaksa menerjang hujan untuk melanjutkan hidup."
Yin, aku masih termenung. Beberapa waktu sebelum hujan di hari ini aku mengeluh. Tentang hidup dan segala ketidakberuntungan yang aku miliki ---tapi kamu kebetulan memilikinya--- dan rasa iri. Aku kemudian menoleh sedikit ke bawah. Aku menjatuhkan pandanganku pada pintu gerbang gedung sebelah. Di depannya ada sekotak pos satpam dengan satu orang satpam di sana. Aku mengeluarkan pembicaraan lagi pada rekan kerjaku, "Mas, kebayang gak sih jadi satpam itu? Kerjanya sendirian. Hujan-hujan gini di luar. Seharian penuh cuma di situ (pos satpam) aja tanpa hiburan dan ga bisa ke mana-mana." Rekanku menjawab, "Iya, neng. Kita masih untung masih bisa ngobrol di dalam ruangan dan ada teman banyak." Duh, Yin. Sekali lagi aku tertampar hujan. Ternyata hujan bukan hanya mesin waktu yang membawa kenangan, tapi juga mengajak melihat kenyataan.
Yin, kamu jangan boros-boros lagi donk. Cari uang itu susah! Belilah yang kamu perlu. Bukan yang kamu mau... Duh... aku ingat bila kamu mau membeli sesuatu, kamu sering minta pendapat dan tak jarang kamu membatalkan niat membeli sesuatu karena kamu sadar bahwa itu hanya hawa nafsu belaka. Sekarang kamu bagaimana, Yin? Masih ada yang mengingatkan tidak?
Yin, kamu bahagiakan? Kalau tidak, datanglah. Kamu tahu di mana bisa menemukan aku.
Salam,
Yang
Minggu, 07 Februari 2016
Surat untuk Yin II
Hello, Yin. How are you? How is your day?
Biasanya pertanyaan itu nyangkut di ponsel kamu tiap malam kan? Tiap kita menyelesaikan aktifitas seharian. Sekarang tidak ada lagi ya, Yin. Rindu gak? Aku rindu deh masa... hahahaaa
Aku sedang merasakan kebosanan yang sangat, Yin. Sangat. Ingin keluar. Ingin berhenti. Tapi aku tidak bisa menceritakannya padamu.
Yin, how was your day?
Sepertinya kamu juga sedang mengalami hal yang sama. Tapi entah kenapa jarak di antara kita malah semakin menjadi. Sesekali mungkin kita rindu obrolan-obrolan yang pernah ada. Eh? Kita? Mungkin aku saja. Tapi kamunya nggak. Hahahaaa
Mungkin orang-orang melihat kamu lucu dan bahagia. Mungkin mereka benar. Tapi mungkin aku yang salah. Karena aku merasa kamu memaksakan diri. Entahlah. Tapi aku tetap berharap dan berdoa semoga kamu tetap dalam kebahagiaan. Sungguh, jangan tidak bahagia. Aku jadi sedih mendengarnya.
Yin, sekarang kamu ga asik. Eh? Kamu atau aku? Ya begitulah. Kita sudah tidak seasik dulu. Mungkin jarak kita sudah terlalu jauh. Maaf ya, Yin... Aku ingin cerita apa saja dan berharap kamu bisa meredakannya. Tapi tidak bisa. Aku yang salah. Aku yang menjaga jarak. Hhhmmm... itu berarti, aku yg ga asik ya? Hahahaaa
Tapi, Yin, ah sudahlah...
Aku rindu...
Salam rindu
Yang
Biasanya pertanyaan itu nyangkut di ponsel kamu tiap malam kan? Tiap kita menyelesaikan aktifitas seharian. Sekarang tidak ada lagi ya, Yin. Rindu gak? Aku rindu deh masa... hahahaaa
Aku sedang merasakan kebosanan yang sangat, Yin. Sangat. Ingin keluar. Ingin berhenti. Tapi aku tidak bisa menceritakannya padamu.
Yin, how was your day?
Sepertinya kamu juga sedang mengalami hal yang sama. Tapi entah kenapa jarak di antara kita malah semakin menjadi. Sesekali mungkin kita rindu obrolan-obrolan yang pernah ada. Eh? Kita? Mungkin aku saja. Tapi kamunya nggak. Hahahaaa
Mungkin orang-orang melihat kamu lucu dan bahagia. Mungkin mereka benar. Tapi mungkin aku yang salah. Karena aku merasa kamu memaksakan diri. Entahlah. Tapi aku tetap berharap dan berdoa semoga kamu tetap dalam kebahagiaan. Sungguh, jangan tidak bahagia. Aku jadi sedih mendengarnya.
Yin, sekarang kamu ga asik. Eh? Kamu atau aku? Ya begitulah. Kita sudah tidak seasik dulu. Mungkin jarak kita sudah terlalu jauh. Maaf ya, Yin... Aku ingin cerita apa saja dan berharap kamu bisa meredakannya. Tapi tidak bisa. Aku yang salah. Aku yang menjaga jarak. Hhhmmm... itu berarti, aku yg ga asik ya? Hahahaaa
Tapi, Yin, ah sudahlah...
Aku rindu...
Salam rindu
Yang
Langganan:
Postingan (Atom)