Pernah kebayang gak kalo ketemu orang lain yang notabene itu adalah cerminan diri kita sendiri?
Bagaimana rasanya? Ngeri? Seru? Lucu? Atau aneh?
Baru-baru ini terpikir rasanya bagaimana kalau bertemu dengan diri sendiri. Dengan segala sifat buruk atau sifat terjahat yang ada dalam diri sendiri. Sifat jahat apa yang paling kamu takutkan?
Aku? Aku bukan seorang pemaaf yang baik. Lebih tepatnya, seorang pendendam yang oportunis. sebenarnya tidak berniat untuk balas dendam. Hanya saja bila dapat kesempatan, kalau bisa membalas lebih pahit kenapa harus memaafkan? Hahahahaaa
Aku suka menghitung kesalahan orang. Kesal? Marah? Kecewa? Pasti! Tapi aku bisa menahannya. Aku hanya membiarkan mereka merasa terlena terhadap kesenangan menyakiti dan seolah-olah aku memang orang baik hati yang tidak punya hati disakiti namun selalu berbuat baik.
Aku tidak pernah berencana untuk balas dendam. Tapi kesempatan itu seringkali datang. Pada saat balas dendam itu terjadi, aku sudah tidak punya perasaan lagi untuk peduli. Secara tidak sadar ternyata aku sedang membalas dendam. Itu berjalan begitu saja. Mengalir sesuai takdir. Tidak pernah direncanakan. Aku hanya berharap mereka tahu rasanya perbuatan yang pernah mereka lakukan kepadaku. Kalau yang aku lakukan itu lebih dari yang pernah mereka perbuat padaku, yaaa well... Itu hanya kebetulan. Kebetulan yang selalu terjadi. Ketika mereka menganggap aku "tidak punya hati" karena tidak pernah sakit hati (read: selalu memaafkan) karena kesalahan mereka, maka seperti itulah aku pula saat membalas mereka. Tidak punya hati.
Aku sering membiarkan orang percaya bahwa aku percaya kebohongan mereka. Mereka merasa telah berhasil membohongiku. Menurut kalian, siapa yang sebenarnya berbohong? Mereka yang membohongiku atau aku yang berhasil membuat mereka percaya bahwa aku telah mereka bohongi? Hahahaaa
Sebenarnya, aku tidak sejahat itu. Aku bukan pembenci yang baik. Tapi aku juga tidak munafik. Aku membiarkan waktu yang menjawab. Kadang, aku membiarkan waktu membunuh mereka dengan rasa bersalah atau rasa kehilangan. Mungkin aku bukan orang yang terbaik. Tapi aku pastikan, mereka akan mendapat kehilangan besar bila aku tidak ada.
Karma itu ada. Bukan aku yang membuatnya. Kesempatan itupun ada. Dan sekali lagi, bukan aku yg menciptakan. Bila kesempatan membalas karma itu datang, dipastikan itu bukan unsur kesengajaan. Tapi rasa sakit yg aku buat, itu pasti hasil ketidakbaikan mereka dimasalalu. Aku tidak suka menyakiti orang. Bila mereka tersakiti oleh ku, tanyalah mereka. Pernah berbuat apa dulu terhadapku. Mudah.
Aku selalu memberi maaf, pula peringatan. Jika masih diulang, itu berarti aku sedang diremehkan. Baiklah. Jujur saja, aku suka diremehkan. Aku suka membalas mereka yg meremehkan. Cara membalas dendam kepada orang yg meremehkan adalah membuktikan kalau mereka itu salah.
Aku seperti mengeluh sekaligus menikmati rasa sakit. Sebab buatku, yang terakhir tertawalah yang menjadi pemenang.
Mengutip lirik lagu Kerispatih yang judulnya Tapi Bukan Aku : "sebab rasaku tlah mati untuk menyadarinya".
Masih terpikir begitu ngeri bila aku bertemu dengan orang sejahat itu. Ya. Diriku sendiri.