A, aku memanggilmu dalam kegelapan yang ku coba usiri dengan canda dan tawa dengan sahabat. A, apakah kau mendengarku? Aku melempar pesan sunyi ke udara dan berharap seseorang dapat menangkapnya dan menanyakan keadaan ku, dan aku masih berharap kaulah orang itu, A.
A, waktu yang selama ini berteman dengan ku sekarang berbalik arah. Kau tahu, A? Dia berbalik menyerang dengan batasan-batasan yang dulu dapat ku tembus kini aku harus dikejarnya tanpa tawar menawar.
A, pertanyaan-pertanyaan yang biasanya menjadi lelucon kini menjadi pedang yang siap menyayatku dan menikamku dalam-dalam. A, mengertikah kau? Dimanakah kau, A? Aku ingin sejenak merebahkan tangisku, setidaknya ditelingamu, A. Tidak harus di pundakmu. Karena mungkin pundakmu sudah terlalu berat menahan beban.
A, pilihan-pilihan yang ku susun telah diporak-porandakan oleh sebuah kenyataan. Kenyataan dimana aku harus menyusun ulang segala mimpiku. A, tapi aku sudah terlanjur memilih, tidak mungkin aku mundur. Tapi kenyataan menyuruhku untuk jalan ditempat, A. Bagaimana ini, A?
A, dapatkah kau mendengar pesan sunyiku?
A, Dimana dirimu?