Jumat, 14 Desember 2012

Tuhan, Berikan aku waktu

                                   Biarlah bayangmu menghilang,
                                  Menimbun rindu hingga tak terbilang.
                                 Entah apa yang harus ku perbuat, Sayang...

Tak pernah behenti memikirkanmu, dalam kerjap berat mataku. Sedikit kata cinta yang ku desahkan di doa-doa yang kupanjatkan sekarang. Riuh rendah semua orang berlari di sekitarku seolah-olah mereka sedang dikejar sesuatu. Samar-samar ku melihat wajah-wajah mereka, tapi tak ada yang ku kenal. Ah! Kepalaku sakit, Sayang...

Rasanya berat sekali menolehkan kepalaku. Basah. Semua berputar-putar menghilangkan pandangan. Tapi kerinduan ini masih membengkak, baru sampai tenggorokan kata maaf ini merangkak. Namun badan ini lemah. Pikiranku masih lelah. Tapi dimana kamu, Sayang?

Sesaat orang-orang berpakaian putih itu berwajah cemas. Mereka turun dari kendaraan yang bersirine sangat keras. Mereka berlari. Sesekali mereka menoleh kearahku. Siapakah mereka, Sayang?


Dari sela cairan merah yang jatuh melumuri sedikit keningku, menutupi pandanganku, aku melihat sebuah tulisan besar, UGD. Aku rindu kamu, Sayang...

Tuhan, masih ada satu janji yang ku letakkan. Janji di saku jaketku. Sebuah cincin emas bermata berlian. Untuk gadis brilian, yang sedang menungguku disebuah rumah dengan halaman teduh.
Tuhan... Sampaikan cintaku padanya. Terutama maafku, yang selalu meninggalkan realisasi janji di setiap janji yang ku buat. Seandainya aku masih diberi waktu, aku akan bersujud mencium keningnya yang penuh kesabaran kepadaku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar