Rabu, 10 Oktober 2012

Duhai Lelakiku

Lelakiku, Setiap malam kecupan yang selalu ku rindu. Pernahkah kau merasa bosan padaku? Lelakiku, bolehlah kau merasa bosan padaku. Asalkan kau tidak mengkhianatiku. Tuhan sangat mengasihaniku, hingga jika kau melakukannya, kau akan dibuat tahu rasa! Duhai, Lelakiku. Tak perlu kau berbangga diri sebagai makhluk paling hebat. Asal kau tahu, masih banyak dari golonganmu yang sangat menginginkan aku. Biarpun kau bukan yang paling hebat, setidaknya Tuhan memberikanmu suatu kemampuan yang tidak dimiliki orang lain. Yaitu, membuatku takluk. Hai, Lelakiku. Setiap peluk yang engkau berikan, setiap kecup yang engkau sugguhkan, adalah nyatanya membuatku merasa semakin jatuh dalam kenyamanan kehangatan sebuah cinta. Bukan sekedar gelora asmara atau pelampiasan nafsu belaka, Tuhan menciptakan bahumu lebih lebar dari jangkauan pundakku. Lenganmu lebih kekar dari bebanku. Dan dadamu lebih bidang dari masalahku. Lalu, apa yang aku mohonkan lagi dari Tuhan jika kau sudah sesempurna itu? Aku menangkupkan genggaman di setiap ibadahku, berserah atas keadaanmu. Berpasrah dengan penjagaan-Nya padamu. Lelakiku, aku ingin sesuatu. Aku ingin membuat bidadari syurga cemburu. Baktiku padamu, dan kemuliaan perlakuanmu padaku. Dengan kecupan tiada jengah, dengan penantian tiada lelah, dan dengan kesetiaan tiada terbantah. Selamanya, jadilah Lelakiku.

Senin, 08 Oktober 2012

Menunggu maaf

Aku masih di sebelahmu. Duduk diam sambil menunduk. Telah lama kita di sini. Tak ada suara sedikitpun. Sunyi senyap merayap. Kicau burung tak jua menghangatkan kebekuan suasana ini. Kau mengangkat kepalamu. Matamu merah. Mencoba meraih sesuatu di hadapanmu, namun kau urungkan. Kau kembali menunduk. Kembali, sepi ini menguasai kebersamaan kita. Kita terdiam. Seakan memang tak ada yang dapat terkatakan lagi.
"Maaf..." Katamu lirih dan terdengar perih. Kemudian kau makin tenggelam dalam duduk sunyimu. Denganku, di sebelahmu.
Kata yang selama ini aku tunggu. Di tiap waktu ku yang tak pernah kau perhatikan, tak pernah kau pedulikan. Mungkin saja kau saat itu benar-benar merentangkan sayap. Terbang entah kemana kau suka, aku tak tahu pasti. Aku dengan sabar menunggu. Sebuah janji. Hanya sebuah janji. Janji setia dan akan kembali.

Aku masih di sebelahmu. Duduk diam sambil menunduk. Telah lama kita di sini. Tak ada suara sedikitpun. Sunyi senyap merayap. Kicau burung tak jua menghangatkan kebekuan suasana ini. Kau mengangkat kepalamu. Matamu merah. Mencoba meraih sesuatu di hadapanmu, bibirmu bergetar dan matamu mengalirkan cairan bening hangat yang membasahi pipimu, Pria tangguh yang orang-orang kenal.
Akhirnya kau menggapai sesuatu dihadapanmu itu, batu nisan bertuliskan namaku.


Minggu, 07 Oktober 2012

Dear Someone

Dear Someone, Kamu tidak akan tahu siapa aku. Kita pernah bersua. Beberapa kali. Yah, tapi itu memang karena aku sengaja mengikutimu. Pertama kali kita bertemu adalah pada saat kita tidak sengaja bertabrakan di depan kopma dekat kafe blog, FISIP. Kamu berhasil menjatuhkan beberapa buku yang aku bawa. Dengan menawan, kamu mengambilkan bukuku dan mengembalikannya dengan tambahan bonus senyummu yang sempurna. Bagus! Selain berhasil menjatuhkan buku-buku yang aku bawa, kamu juga berhasilkan menjatuhkan hatiku yang sedikit kaku. Pertemuan kita yang kedua adalah pada saat suatu acara bedah buku yang diadakan di Sekber Takor, FISIP. Aku tidak menyangka, kamu adalah penulis dari buku yang beberapa hari ini aku baca. Begitu aku mengetahui bahwa kamu adalah penulis dari buku tersebut, aku terperangah dan segera memutar otak. Segera aku menuju registrasi dan berpura-pura belum regristrasi kepada panitia. Sambil perlahan-lahan membuka tiap lembar kertas registrasi, aku mencari-cari namamu disana. Beruntung panitia acara tersebut juga sangat mengagumimu hingga tidak menyadari perbuatanku karena mereka juga sibuk memperhatikanmu. Secepat kilat ku keluarkan ponselku dan memotret sebuah kolom yang tertera nama lengkapmu dan sedikit data diri mengenaimu. Tuhan menunjukkan kasih-Nya padaku. Panitia registrasi melihat kearahku kemudian menanyakan apakah aku mengalami kesulitan. Aku segera memasukkan ponselku dan mengatakan aku baik-baik saja. Aku masuk kembali kedalam ruangan dengan data dirimu yang telah terekam di ponselku. Tapi, kamu tidak perlu khawatir. Aku hanya sanggup mengagumimu dan mengawasimu lewat jejaring sosialmu. Pertemuan ketiga, keempat dan kelima hanyalah ketidaksengajaan saja. Tidak sengaja aku melihat twittermu yang mengatakan kau sedang berkumpul dengan teman-temanmu di perpustakaan, maka aku ke perpustakaan. Dan sekali lagi, kamu tidak perlu khawatir. Aku hanya akan mengagumimu di sudut ruangan tergelap dimanapun tempat yang kamu datangi. Sehingga kamu tidak akan pernah merasakan kehadiranku atau merasa terganggu olehku. Dear, someone. Secara sederhana aku memuja senyum dan pribadimu yang begitu megah. Regards, Tri Niasih Ati

Selasa, 02 Oktober 2012

Tuhan, Izinkan aku

Persilakan hujan mengguyur bumi,
Janji Tuhan setelahnya muncul selengkung pelangi
dan suburnya tanah.


Tuhan,
air bah yang mengalir begitu saja dari jendela hati ini,
jangan biarkan ini hanya cinta khayal belaka.
Jauhkan kecintaan fana dunia,
yang menyingkirkan logika dan imanku.
Matikanlah kebodohan dan kenaifanku,
yang menutup nurani dan pintu hati.


Tuhan,
izinkan aku menangis,
biarkan aku melonggarkan gerbang berat yang buat penat,
namun jangn jatuhkan hamba,
dalam fatamorgana yang menampakkan oasis segar
nyatanya gurun gersang belaka.

Tuhan,
Pegangi hamba.
Peluk hamba dari segala arah.
Eratkan ikatan cinta antara Kau dan aku
melalui sakit ini...
Bismillah... :D

Sakit hati?

Baru saja membaca blog dan tulisan motivasi mengenai kesedihan, keraguan dan kegalauan. Kalo dipikir-pikir, mungkin gue sendiri yang terlalu berlebihan. Kebanyakan mikir dan kepikiran. Sedangkan yang gue pikirin? Kagak gitu aja selesai cuma dengan dipikirin. Bisa aja gue bilang, "gue udah biasa kok sakit hati." Tapi yang namanya sakit, ya berasa banget, neng. Mau udah biasa atau baru ngerasa, sakit ya sakit. Cuma bedanya, gimana cara lo meringankan rasa sakit itu.

Pertama: Berhenti mikirin masalah yang bikin lo sakit hati. Yang ini susah banget. Mau orang yang level kesabarannya udah advance atau yang pemarah sekalipun. Kalo lo punya kegiatan lain yang bikin lo sibuk, hal itu bisa bikin lo sejenak ngelupain rasa sakit hati lo. Organisasi, kuliah, kerjaan atau kegiatan begerak lainnya. Bergeraklah! Karena dengan diam, lo akan melamun. Kalo lo ngelamun, lo akan makin kepikiran sama masalah lo. Ya meskipun gue gak jamin lo bisa 100% ngelupain masalah lo. Setidaknya, lo nggak kepikiran banget deh.

Kedua: Tidur. Capek nangis? Ngantuk? Tidur aja! Gue jamin lo bisa lupa. Biarpun masalah lo itu jadi kebawa mimpi dan ketika lo bangun, lo malah makin kepikiran. Setidaknya lo udah mengistirahatkan beberapa bagian penting dari diri lo: Mata, otak, dan lainnya.

Ketiga: Makan atau keluar bareng temen-temen. Ini cukup ampuh menurut gue. Lo bisa denger cerita-cerita mereka yang siapa tahu bisa jadi solusi dari masalah lo. Mereka adalah penghibur yang sangat baik saat lo butuh.

Keempat: Cara yang menurut gue paling ampuh. Sendirian. Nangis. Mengadu pada Tuhan. Siapa lagi yang akan lebih mengerti lo selain Dia? Dia sayang banget sama lo. Masalah lo bukan yang paling sulit yang jadi masalah nomer satu dunia. Bayangkan dibelahan dunia lain, ada orang yang sakit hati, sakit badan dan gak ada yang peduli sama dia datang disaat bersamaan. Kenapa gue bilang cara ini paling ampuh? Karena Tuhan-lah pencipta dan penulis nasib kita. Berceritalah pada-Nya. Dia selalu sayang sama lo. Mendengarkan lo, mengabulkan permohonan lo dan selalu ada buat lo. KAPAN PUN DIMANA PUN! Bayangkan, Sakit hati gak kalo di khianatin? Sakit hati gak kalo bertepuk sebelah tangan? Sakit hati gak kalo dicuekin? Padahal lo udah ngasih apapun yang diminta. Itu. Itu yang sering kita lakukan terhadap Tuhan. Tapi apa cinta Tuhan berubah? GAK SAMA SEKALI!

Bersedih itu manusiawi. Gue juga pernah sedih. Tapi putus asa itu nggak boleh. Gue nulis gini bukan berarti gue sok suci atau sok baik. Gue cuma share apa yang gue rasain. Gue juga pernah ngerasa kok seakan gak ada yang ngerti atau peduli sama gue. Setelah nangis dan beberapa saat merasa depresi, gue sadar akan beberapa hal diatas. Mungkin buat orang yang nyakitin hati lo, lo itu gak berharga. Lo juga akan ngerasa kayak gitu. Itu artinya lo udah terjebak dalam labirin pendek yang lo tau jalan keluarnya tapi lo gak mau keluar. Coba deh keluar dari labirin itu. Ini cuma masalah keberanian kok. Gue yakin, lo lebih berani dan percaya diri dibanding gue sendiri yang nulis ini. Karena gue butuh waktu cukup lama buat ngumpulin keberanian. Semangat!
Bismillah...
:D

Senin, 01 Oktober 2012

Jalan masing-masing

Kita berpegangan tangan sepanjang koridor beratapkan kanopi bening dengan dihiasi lampu-lampu penerangan disetiap tiang penyangganya. Beralih tempat dari Gedung M yang berwarna oranye menuju tempat parkir mobil. Langkahku melambat ketika melewati Kafe Blog dan kemudian berhenti beberapa langkah setelah mesin ATM yang berada tepat di sebelah Restoran Korea. Wajahmu penuh tanya dan heran. Aku menunduk. Segera menghela nafas panjang. Kemudian mengangkat kepalaku.
"Kita jalan masing-masing saja." lalu kau terdiam sejenak. Mencoba mencerna kalimatku barusan

"Hei! Aku akan mengantarmu seperti biasa"

Aku menoleh ke arahmu, "Maksudku, kita sudahi saja hubungan kita."
Kau melepas genggaman kita kemudian menatap penuh amarah ke arahku.

"Bercandamu tidak lucu, Mira!"

Kemudian aku tersenyum. "Kembali saja pada mantan pacarmu, yang kau temui kemarin di Detos. Yang kau bilang padaku kau harus mengantar ibumu berbelanja dan membatalkan pertemuan kita, padahal ibuku telah memasak makanan kesukaanmu sejak pagi".
Lalu aku berbelok menuju Takor. Meninggalkanmu yang masih mematung di situ.