Aku masih di sebelahmu. Duduk diam sambil menunduk. Telah lama kita di sini. Tak ada suara sedikitpun. Sunyi senyap merayap. Kicau burung tak jua menghangatkan kebekuan suasana ini. Kau mengangkat kepalamu. Matamu merah. Mencoba meraih sesuatu di hadapanmu, namun kau urungkan. Kau kembali menunduk. Kembali, sepi ini menguasai kebersamaan kita. Kita terdiam. Seakan memang tak ada yang dapat terkatakan lagi.
"Maaf..." Katamu lirih dan terdengar perih. Kemudian kau makin tenggelam dalam duduk sunyimu. Denganku, di sebelahmu.
Kata yang selama ini aku tunggu. Di tiap waktu ku yang tak pernah kau perhatikan, tak pernah kau pedulikan. Mungkin saja kau saat itu benar-benar merentangkan sayap. Terbang entah kemana kau suka, aku tak tahu pasti. Aku dengan sabar menunggu. Sebuah janji. Hanya sebuah janji. Janji setia dan akan kembali.
Aku masih di sebelahmu. Duduk diam sambil menunduk. Telah lama kita di
sini. Tak ada suara sedikitpun. Sunyi senyap merayap. Kicau burung tak
jua menghangatkan kebekuan suasana ini. Kau mengangkat kepalamu. Matamu
merah. Mencoba meraih sesuatu di hadapanmu, bibirmu bergetar dan matamu mengalirkan cairan bening hangat yang membasahi pipimu, Pria tangguh yang orang-orang kenal.
Akhirnya kau menggapai sesuatu dihadapanmu itu, batu nisan bertuliskan namaku.
ikutan baca :)
BalasHapusWaaahhh... Gak nyangka... Makasih yaaa, Dinda :*
Hapus