insomenia
Tempat curhat terbuka yang rahasia. Hanya yang peduli dan yang penasaranlah yang tahu. Kamu yang mana?
Senin, 30 Agustus 2021
I don't know
Kamis, 26 Maret 2020
Sedikit cerita di tengah wabah
Minggu, 08 April 2018
Ketika aku dikhianati, maka aku...
Bukan sesuatu yang menyenangkan bila kepercayaan kamu dikhianati. Jika kamu mampu, kuat dan harus, maka keluarlah dari hal itu. Pergi dan tinggalkan yang membuat kamu marah dan sedih. Kumpulkan kekuatan dan cari dukungan, bila kamu ingin sekali pergi tapi belum berani beranjak.
Namun lain ceritanya bila kamu punya alasan-alasan tertentu untuk bertahan. Apapun itu. Orang-orang bisa bilang kamu bodoh atau terjebak dalam sesuatu yang salah. Iya, kamu memang bodoh. Kamu sadar itu. Tapi orang lain tidak sadar betapa tidak mungkinnya pergi. Sebenarnya mungkin, hanya kamu tidak ingin. Kamu sedang menjaga hati-hati yang rapuh dan penuh harap. Yang senyumnya ceria ketika kamu tersenyum dan akan merasa tersakiti serta menangis lebih lama jika kamu terluka. Kamu bisa saja pergi untuk mengakhiri semua rasa sakit kamu. Tapi kamu memilih untuk tinggal. Itu risiko kamu. Tapi jangan mengeluh.
Ketika kamu dikhianati, kamu berhak untuk pergi. Untuk lebih bahagia. Karena pengkhianatan itu seperti paku yg diketukkan pada sebuah kayu. Meski telah dicabut, bekasnya tetap tidak hilang. Bertahan seperti apapun, sekuat apapun kamu, kepercayaan tidak seperti dulu. Semanis apapun senyum kamu, tetap hati kamu pernah ada lubangnya.
Saat seperti itu, kamu hanya bisa memilih untuk kuat. Tapi jangan bodoh. Jangan membiarkan orang-orang yang mencintai kamu itu tersenyum oleh kebahagiaan palsu kamu. Kamu sakit kan? Kamu menangis kan? Mereka akan lebih menyesalkan diri mereka yang tidak dapat menemani kamu di saat-saat yg sulit, tidak mampu melindungi kamu dari rasa sakit, tidak tahu kalau mereka adalah alasan kamu bertahan dalam rasa sakit. Bukan keluar dari rasa sakit. Pada akhirnya, mereka yang benar-benar mencintai kamu akan sulit menelan karena air mata mereka tertahan di tenggorokan. Merasakan tajamnya perih yang kamu tanggung untuk mereka. Jika mereka benar-benar mencintai kamu, mereka akan menyesal membiarkan kamu berlarut-larut dalam kesedihan.
Jika kamu masih dalam pertahanan diri untuk tetap kuat dalam masalah ini, kamu merasa percuma marah, merasa pasti akan berulang dan akan merusak segala mimpi-mimpi mereka, maka yakinkan dirimu, ini bukan kebodohan. Ini keikhlasan. Ini pilihanmu.
Jika kamu masih belum yakin untuk pergi, dengan segala alasan yang otak kamu bilang, kamu belajar dulu memaafkan diri kamu. Memaafkan kamu yang merasa bahwa kamu memiliki banyak kekurangan sehingga wajar saja kamu dikhianati. Memaafkan diri kamu bahwa kamu pemarah. Memaafkan diri kamu karena kamu penyabar. Memaafkan diri kamu karena kamu pemaaf.
Kamu harus yakin, suatu ketika kamu akan mendapatkan apa yang kamu lakukan selama ini. Jika kamu dikhianati pasangan kamu, maka anggaplah dia tidak memiliki level sebagus kamu. Suatu ketika, Tuhan akan beri kamu yang selevel dengan kamu atau malah lebih baik. Jika kamu dikhianati oleh teman kamu, maka kamu akan mendapatkan teman yang lebih baik. Yang setara dengan kamu. Jika kamu dikhianati oleh perusahaan kamu, maka jadilah kunci dan orang penting di sana.
Jadilah yang terbaik untuk diri kamu. Maksimalkan kemampuan kamu. Berbuat baiklah apapun yang kamu dapat. Jadikan dirimu kunci dalam kehidupan kamu dan sekitar kamu. Jadilah penting. Jadilah hebat. Pergilah jika mampu. Jika belum, berdoalah banyak-banyak agar dimampukan. Apapun.
Jika kamu sudah maksimal, sudah bisa menjadi inti, sudah menjadi sangat baik, maka saat perpisahan adalah saat kebebasanmu. Saat di mana kamu mendapatkan sesuatu yg lebih baik. Tapi pada saat yang sama, bagi mereka yang mengkhianatimu, itu adalah saat-saat kehilangan terbesar dalam hidup mereka. Kehilangan orang yang sangat baik dan penuh cinta. Orang yang sangat sabar dan pemaaf. Orang yang penting dan hebat.
Jika memang harus kehilangan, setidaknya bukan kamu yang merasakan.
Ayo bijak!
Selasa, 06 Maret 2018
Mati
Ketika kamu sudah tidak tahan lagi sama keadaan, kamu merasa bahwa mati itu adalah hal terbaik.
Tapi kemudian rasanya akan berbeda kalau kamu orang yang percaya ada kehidupan setelah mati, di mana setiap perbuatan kamu di dunia, di mintai pertanggungjawaban.
Mati seperti apa yang ideal?
Rabu, 11 Oktober 2017
New experience
Apa ini namanya? Setiap membayangkannya atau mengingat atau menemukan hal serupa, badanku gemetar, jemari tangan dan kaki dingin, perut terasa melilit dan tidak bisa tidur. Menangis tidak karuan itu pasti. Apalagi bengong. Hampir dipastikan tiap duduk atau sedang hening. Pasti bengong.
Aku memberanikan diri bercerita kepada beberapa orang terdekat. Mereka responsif. Tapi itu masih belum membuatku tenang.
Salah satu temanku menyarankan agar aku tidak menunda ke psikolog. Dulu, aku tidak berani ke psikolog. Seakan-akan aku memiliki gangguan kejiwaan berat kalau aku ke sana. Tapi sayangnya, kadang orang sekitar ikut mengamini mitos itu. Seringkali, apa yang aku ceritakan pada mereka dianggap hanyalah sisi emosionalku yang berlebihan. Yang kelewat lembek. Mereka tidak tau, masalah itu memang sangat kecil, tapi bagiku tidak. Aku merasa tidak punya pendukung dan merasa di remehkan.
Untung ada temanku yang menyarankan aku untuk menemui psikolog. Akhirnya Aku ikuti. Aku memberanikan diri bercerita pada beliau. Dan baiklah, aku didiagnosa trauma yang mengakibatkan aku depresi.
Aku perlu beberapa kali berkunjung lagi. Well, setidaknya ada orang yang tidak menganggap remeh ceritaku.
Ini mudah. Seperti kamu sakit kepala dan tidak tahan lagi, makanya kamu ke dokter. Seperti itu saja. Tidak ada sugesti lebih.
Kamis, 07 September 2017
Today's mood
Sabtu, 26 Agustus 2017
Teman
Jadilah berlanjut untuk randomly search blog apa aja. Nemulah ke sebuah blog yang penulisnya (dan terlihat dari tulisannya) adalah seorang yang kalem, pemikir tapi cerewet dalam ide. Semakin kebawah-bawah, sepertinya dia menulis di blog itu hanya untuk menumpahkan isi pikirannya yang terlalu cerewet tapi bukan kepribadiannya berkata-kata banyak lewat suara. Melainkan lewat aksara saja.
Sebenarnya, sama seperti tulisan-tulisan di blog ini. Sebuah tempat rahasia yang terbuka. Hanya yang peduli dan yg penasaran yang tahu tempat ini.
Hampir semua orang (nyaris 90%) tidak percaya sebenarnya saya ini orang yang tertutup dan pemalu. Ya. Saya.
Dalam bergaul, saya cukup talkative dan sering melempar jokes ngasal untuk mencairkan suasana.
Semakin kedalam, saya memilih teman-teman dekat untuk saya ajak bicara masalah agak serius. Seperti masa depan, pendidikan, atau gosip orang-orang sekitar. Orang-orang ini ada di lapis kedua terluar dari lingkaran kepercayaan saya.
Masuk ke dalam lagi, dari lapis kedua tadi, ada beberapa yang masuk seleksi teman baik yang saya jadikan tempat berbagi banyak hal. Terutama tentang pasangan. Teman-teman inilah yang kalau sudah bertemu dan ngobrol lama-lama tapi masih kuat telpon lebih dari sejam setelah pertemuan. Intensitas bertemu dengan mereka lebih jarang tapi lebih lama karena biasanya begitu saya ada masalah, saya langsung menghubungi mereka meskipun tanpa harus bertemu.
Lapis yang lebih dalam, saya memilih orang-orang terbatas. Orang-orang tempat saya bercerita sebagianbesar masalah hidup saya. Hampir semua. Termasuk terbuka masalah keluarga atau hal-hal yang tidak bisa saya ceritakan kepada orang lain. Saya menyebut mereka One call away comrades. Mereka-mereka ini levelnya sudah setara keluarga untuk saya. Pertemuan kadang intens kadang mendadak. Tergantung seberapa butuh dan rindunya kepada mereka. Kapanpun mereka minta saya mendengarkan cerita mereka, saya pasti pasang panca indera untuk tau cerita mereka. Mereka benar-benar orang-orang terbaik. Mereka ikhlas. Tidak menghakimi dan berpikiran terbuka. Kadang ada yang ekstrim dan frontal sih. Tapi logika dan perasaan sama-sama ditimbang. Mereka istimewa. Saya tidak suka menceritakan masalah keluarga kepada siapapun. Sama sekali tidak suka. Termasuk kepada mereka. Namun ada hal-hal di mana saya tidak tahan diam maka saya akan datang pada mereka.
Lapis terakhir, kepercayaan saya untuk tahu seberapa saya suka, benci, dendam dan cinta. Yang tahu saya tersenyum ikhlas dan perilaku saya sedang tidak berdrama atau sekedar mencoba menghindari masalah, cuma satu. Yang saya percaya tanpa ragu tiada khianat. Meskipun saya seringkali berkhianat dan pada akhirnya saya kembali mengemis-ngemis agar saya tidak dibenci atau dilupakan. Satu-satunya tempat lari dan bersedih. Seberapa dalam luka atau seberapa sayangnya hati saya terhadap sesuatu/seseorang, hanya Dia. Iya. Dia. Tuhan.
Tri