Minggu, 08 April 2018

Ketika aku dikhianati, maka aku...

Bukan sesuatu yang menyenangkan bila kepercayaan kamu dikhianati. Jika kamu mampu, kuat dan harus, maka keluarlah dari hal itu. Pergi dan tinggalkan yang membuat kamu marah dan sedih. Kumpulkan kekuatan dan cari dukungan, bila kamu ingin sekali pergi tapi belum berani beranjak.

Namun lain ceritanya bila kamu punya alasan-alasan tertentu untuk bertahan. Apapun itu. Orang-orang bisa bilang kamu bodoh atau terjebak dalam sesuatu yang salah. Iya, kamu memang bodoh. Kamu sadar itu. Tapi orang lain tidak sadar betapa tidak mungkinnya pergi. Sebenarnya mungkin, hanya kamu tidak ingin. Kamu sedang menjaga hati-hati yang rapuh dan penuh harap. Yang senyumnya ceria ketika kamu tersenyum dan akan merasa tersakiti serta menangis lebih lama jika kamu terluka. Kamu bisa saja pergi untuk mengakhiri semua rasa sakit kamu. Tapi kamu memilih untuk tinggal. Itu risiko kamu. Tapi jangan mengeluh.

Ketika kamu dikhianati, kamu berhak untuk pergi. Untuk lebih bahagia. Karena pengkhianatan itu seperti paku yg diketukkan pada sebuah kayu. Meski telah dicabut, bekasnya tetap tidak hilang. Bertahan seperti apapun, sekuat apapun kamu, kepercayaan tidak seperti dulu. Semanis apapun senyum kamu, tetap hati kamu pernah ada lubangnya.

Saat seperti itu, kamu hanya bisa memilih untuk kuat. Tapi jangan bodoh. Jangan membiarkan orang-orang yang mencintai kamu itu tersenyum oleh kebahagiaan palsu kamu. Kamu sakit kan? Kamu menangis kan? Mereka akan lebih menyesalkan diri mereka yang tidak dapat menemani kamu di saat-saat yg sulit, tidak mampu melindungi kamu dari rasa sakit, tidak tahu kalau mereka adalah alasan kamu bertahan dalam rasa sakit. Bukan keluar dari rasa sakit. Pada akhirnya, mereka yang benar-benar mencintai kamu akan sulit menelan karena air mata mereka tertahan di tenggorokan. Merasakan tajamnya perih yang kamu tanggung untuk mereka. Jika mereka benar-benar mencintai kamu, mereka akan menyesal membiarkan kamu berlarut-larut dalam kesedihan.

Jika kamu masih dalam pertahanan diri untuk tetap kuat dalam masalah ini, kamu merasa percuma marah, merasa pasti akan berulang dan akan merusak segala mimpi-mimpi mereka, maka yakinkan dirimu, ini bukan kebodohan. Ini keikhlasan. Ini pilihanmu.

Jika kamu masih belum yakin untuk pergi, dengan segala alasan yang otak kamu bilang, kamu belajar dulu memaafkan diri kamu. Memaafkan kamu yang merasa bahwa kamu memiliki banyak kekurangan sehingga wajar saja kamu dikhianati. Memaafkan diri kamu bahwa kamu pemarah. Memaafkan diri kamu karena kamu penyabar. Memaafkan diri kamu karena kamu pemaaf.

Kamu harus yakin, suatu ketika kamu akan mendapatkan apa yang kamu lakukan selama ini. Jika kamu dikhianati pasangan kamu, maka anggaplah dia tidak memiliki level sebagus kamu. Suatu ketika, Tuhan akan beri kamu yang selevel dengan kamu atau malah lebih baik. Jika kamu dikhianati oleh teman kamu, maka kamu akan mendapatkan teman yang lebih baik. Yang setara dengan kamu. Jika kamu dikhianati oleh perusahaan kamu, maka jadilah kunci dan orang penting di sana.

Jadilah yang terbaik untuk diri kamu. Maksimalkan kemampuan kamu. Berbuat baiklah apapun yang kamu dapat. Jadikan dirimu kunci dalam kehidupan kamu dan sekitar kamu. Jadilah penting. Jadilah hebat. Pergilah jika mampu. Jika belum, berdoalah banyak-banyak agar dimampukan. Apapun.

Jika kamu sudah maksimal, sudah bisa menjadi inti, sudah menjadi sangat baik, maka saat perpisahan adalah saat kebebasanmu. Saat di mana kamu mendapatkan sesuatu yg lebih baik. Tapi pada saat yang sama, bagi mereka yang mengkhianatimu, itu adalah saat-saat kehilangan terbesar dalam hidup mereka. Kehilangan orang yang sangat baik dan penuh cinta. Orang yang sangat sabar dan pemaaf. Orang yang penting dan hebat.

Jika memang harus kehilangan, setidaknya bukan kamu yang merasakan.


Ayo bijak!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar