Hello, Yin. Long time no see. Apa kabarnya kamu? Sudah lama sekali tidak ada kabar.
Yin, aku ada cerita nih. Dibaca yak.
"Di suatu kota yang perniagaannya baik, berbatasan langsung dengan desa yang hasil buminya melimpah dan berkualitas tinggi. Penduduk kedua daerah ini tidak semuanya bahagia. Mereka saling bersaing untuk membuat daerahnya lebih tinggi citranya daripada yang lain. Di sana hiduplah seorang badut lucu. Dia bisa melihat kebahagiaan ditengah kesulitan dan bisa membuat tawa ditengah kesedihan dan kemarahan. Dia sering dipanggil oleh warga dua daerah itu untuk menghibur mereka atau sanak saudara mereka yang sedang dalam kesedihan. Dengan kemampuannya, kesedihan jenis apapun dapat diubah menjadi senyum dan keadaan menjadi lebih baik dan lebih positif.
Suatu ketika, sepulangnya dari kota di tengah malam, setelah menciptakan lawakan dan tawa segar ditengah kesedihan mendalam dari seorang anak saudagar kaya, Sang Badut mendapatkan penghasilan yang cukup banyak. Dia berjalan sendiri menuju rumahnya. Entah kenapa dia tidak mau diantar oleh pengawal Sang Saudagar. Dia hanya sedang ingin sendiri, namun tanpa ingin menunjukkan suasana hatinya, Sang Badut bilang bahwa dia ingin pergi ke suatu tempat untuk melawak lagi.
Ditengah malam berjalan sendiri, Sang Badut melihat ke atas. Langitnya begitu indah. Bintang-bintangnya tidak terlalu banyak dan bulan benderang hampir bundar sempurna. Sang Badut menghentikan langkahnya sejenak. Sang Badut tersenyum. Tatapannya syahdu. Lalu dia berjalan beberapa langkah menuju reruntuhan tembok dan duduk bersandar di sana. Dia meluruskan kaki dan menghela nafas panjang kemudian menundukkan kepalanya. Tidak, dia tidak lelah. Tapi entah apa yang dia rasakan.
Perlahan, pipinya hangat dialiri air mata. Perlahan, dia menangis dan perlahan air matanya semakin deras.
Mungkin ini sebabnya ia ingin sendiri. Bahkan dia sendiri tak tahu bahwa dia akan menangis. Siapa yang tidak tertawa melihat tingkahnya? Badut paling tersohor di dua daerah. Tidak pernah melengkungkan bibirnya secara terbalik ke bawah, tidak pernah melepas senyum-tawa, tidak pernah ada duka di sorot matanya, akhirnya menangis sendirian setelah membentuk gelak tawa dari kesedihan orang lain.
Tangisnya semakin deras. Badannya semakin lemas. Riasannya luntur. Terlihatlah wajah aslinya. Matanya sayu, bibir tipisnya segaris, dan pipinya mengendur. Berjuta kesedihan dia tumpahkan malam itu. Tidak ada yang melihat dan tidak ada yang peduli. Namun dia tidak merasa menyakiti diri sendiri. Dia hanya ingin sendiri. Dia tetap manusia yang bisa menangis, kecewa dan tersakiti. Meskipun tidak ada yang ambil pusing.
Setelah puas menangis sendiri, Sang Badut merias wajahnya lagi dan seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Sang Badut siap bertopeng lagi. Sang Badut masih mencari, mencari orang yang dapat melihat wajah aslinya... Sampai kapanpun, dia takkan memperlihatkan wajah aslinya sampai ada yang percaya bahwa dia juga manusia."
Gimana, Yin? Jangan lupa komentarnya ya. Hubungi segera setelah baca ini yaaa... ;)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar