Ini adalah Kafe Sunyi. Tak jarang orang2 menyebutnya kafe patahati. Kafe ini menyediakan kopi panas sepanas masalah dan sepahit kenyataan. Hanya orang yang benar2 sakit pikiran dan hatinya yang tak dapat merasakan seberapa pahit kopi di kafe ini. Di kafe ini, dilarang menatap tajam, memperhatikan, menertawakan atau menghiraukan pengunjungnya. Meja-meja di kafe ini hanya disediakan sebuah kursi sebagai temannya. Dengan sekotak tissue dan sebuah tempat sampah kecil dibawahnya. Sebuah headphone yg terpasang menempel dengan kabel yg tersalurkan entah kemana. Musik di headphone itu bergaya klasik dan hanya berupa instrumen tanpa vokal. Semakin menyayat dan mati. Tika, ditunjukkan oleh seorang temannya tentang kesohoran kafe sunyi yg membatasi jumlah pengunjungnya agar tidak berubah menjadi kafe hingar bingar.
Tika baru saja mendapati berita anaknya tertangkap tangan membawa obat laknat sedangkan suaminya sudah tidak tau kemana rimbanya. Semua pedih dan pahit yang dia kecap akan dia bandingkan dengan kopi termasyur dari kafe ini. Tika memasuki sebuah kafe bertuliskan Kafe Sunyi. Warna kafenya cokelat tua dengan lampu redup yg mencahayakan sedikit ruangannya. Kemudian Tika membaca sebuah papan petunjuk yg bertanda panah " <-- Ladies" dan "gentlement -->".
Entah kenapa pemisahan ruangan ini membuat hati Tika sedikit tenang. Setidaknya, dia tidak perlu menangis ditengah lawan jenis lainnya yg tengah patahati. Yang akan menganggap remeh sebuah tangisan adalah sebuah kecengengan.
Kafe ini adalah kafe sunyi. Tidak boleh menatap tajam, memperhatikan, menertawakan atau menghiraukan pengunjungnya. Sunyi senyap kecuali beberapa isakan tangis yg tersisa. Wanita2 bermata nanar menatap cangkir kopi atau sekedar melayangkan pandangannya kelangit2 kafe. Selain itu, kafe ini melarang raungan tangisan yang akan mengubah kafe ini menjadi horor.
Tika duduk disebuah meja dan memesan kopi fenomenal itu. Tika masih menundukkan wajahnya dan menangis. Tak berapa lama, pesanannya datang. Kopi itu panas dan masih menggoyangkan uap. Tika mencoba meniup asapnya dan menyeruput kopi itu. Lalu Tika segera menyemburkan kopi itu kuat2. Tak tahan Tika dengan rasa dan panasnya. Tak berapa lama seorang pelayan kafe menaruh sebuah karton kecil dimeja Tika. Pelayan itu tersenyum lalu pergi. Karton kecil itu bertuliskan "SELAMAT! Hati anda belum patah dan belum mati". Tika kemudian mengembangkan senyum dan membayar kopi tersebut. Tika keluar dari kafe itu dengan perasaan tenang. Tika merasa beruntung Tuhan masih sangat menyayanginya. Memberikan sejumput kebahagiaan Lain dan segerombol kesabaran beserta segudang kekuatan. Dia lebih beruntung dari wanita2 didalam kafe sunyi itu. Yang begitu menikmati kopi pahit dan pastinya kenyataan hidup mereka jauh lebih pahit dari kopi itu.
Dengan penuh rasa syukur, Tika keluar dari kafe itu.
Meninggalkan kopi terpahit dan kafe tersenyap yg pernah ia sesap.
Karena ini adalah Kafe Sunyi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar