Sabtu, 27 Juli 2013

Cukuplah bagiku

Cukuplah bagiku Alloh...


Aku masih terisak dan tersiksa. Sampai aku tertidur dan kemudian terbangun oleh rasa sakit yang menyesakkan.
Pikiran buruk macam apa ini! Tidak juga tersudahi rasa sakit yang merejang kegembiraan.

I'm not that important.


Lelehan air hangat terus mengalir biarpun bola matanya sudah memprotes rasa perih dan kelopaknya sudah menebal.

Dalam kubikel kecil yang disebut kamar dan dalam kungkungan persegi panjang empuk bernama kasur, aku merasakan sebuah dunia hampa udara. Sesak.


I'm not that important.


Dunia ini terlalu besarkah untuk seorang yang meringkuk dikamar tanpa terpikirkan perasaannya? Atau terlalu banyak orang hebatkah sehingga tidak ada keistimewaan yang bisa kuselipkan mengenai namaku?


Mungkin sejarah teralu panjang untuk kukutipkan sepenggal ceritaku. Mungkin juga masa depan terlalu jauh untuk kejar dengan lari. Atau mungkin tidak ada tempat untuk orang yang sedikit iri hati ini?


I'm not that Important.




Aku kemudian keluar. Melihat sebuah kotak elektronik yang dapat menayangkan gambar bergerak dan bersuara.
Seseorang dengan sebuah alat yang didorongnya. Bentuknya seperti gerobak. Tapi itu alat bantu berjalannya. Kedua kakinya tidak menapak sempurna. Sebelah kanan membengkok kekiri, begitu juga sebaliknya.
Dia berjalan tertatih. Sulit sekali sepertinya.
Kepalanya terangguk-angguk tak tentu. Tanpa dia sengaja pastinya. Setiap dia bicara, perlu energi besar untuk mengeluarkan kata-kata agar jelas didengar. Tak jarang, dia harus mengulangi kalimat itu karena lawan bicaranya tidak mengerti apa yang dia maksud. Dia tidak cacat. Hanya saja dia tidak sepertiku. Setelah selesai bercakap dengan dengan lawan bicaranya, dia mengucapkan hamdalah dan salam tanda dia berpamitan.
Rasanya...


Aku seperti orang yang tidak tahu berterimakasih.



Cukuplah bagiku Engkau, Ya Alloh...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar