Cukuplah bagiku Alloh...
Aku masih terisak dan tersiksa. Sampai aku tertidur dan kemudian terbangun oleh rasa sakit yang menyesakkan.
Pikiran buruk macam apa ini! Tidak juga tersudahi rasa sakit yang merejang kegembiraan.
I'm not that important.
Lelehan air hangat terus mengalir biarpun bola matanya sudah memprotes rasa perih dan kelopaknya sudah menebal.
Dalam
kubikel kecil yang disebut kamar dan dalam kungkungan persegi panjang
empuk bernama kasur, aku merasakan sebuah dunia hampa udara. Sesak.
I'm not that important.
Dunia
ini terlalu besarkah untuk seorang yang meringkuk dikamar tanpa
terpikirkan perasaannya? Atau terlalu banyak orang hebatkah sehingga
tidak ada keistimewaan yang bisa kuselipkan mengenai namaku?
Mungkin
sejarah teralu panjang untuk kukutipkan sepenggal ceritaku. Mungkin
juga masa depan terlalu jauh untuk kejar dengan lari. Atau mungkin tidak
ada tempat untuk orang yang sedikit iri hati ini?
I'm not that Important.
Aku kemudian keluar. Melihat sebuah kotak elektronik yang dapat menayangkan gambar bergerak dan bersuara.
Seseorang
dengan sebuah alat yang didorongnya. Bentuknya seperti gerobak. Tapi
itu alat bantu berjalannya. Kedua kakinya tidak menapak sempurna.
Sebelah kanan membengkok kekiri, begitu juga sebaliknya.
Dia berjalan tertatih. Sulit sekali sepertinya.
Kepalanya
terangguk-angguk tak tentu. Tanpa dia sengaja pastinya. Setiap dia
bicara, perlu energi besar untuk mengeluarkan kata-kata agar jelas
didengar. Tak jarang, dia harus mengulangi kalimat itu karena lawan
bicaranya tidak mengerti apa yang dia maksud. Dia tidak cacat. Hanya
saja dia tidak sepertiku. Setelah selesai bercakap dengan dengan lawan
bicaranya, dia mengucapkan hamdalah dan salam tanda dia berpamitan.
Rasanya...
Aku seperti orang yang tidak tahu berterimakasih.
Cukuplah bagiku Engkau, Ya Alloh...
Tempat curhat terbuka yang rahasia. Hanya yang peduli dan yang penasaranlah yang tahu. Kamu yang mana?
Sabtu, 27 Juli 2013
Lelaki yang belum pernah kutemui
Dia, adalah lelaki yang belum pernah kutemui. Banyak sudah cerita yang kudengar tentangnya.
Dia, adalah lelaki yang belum pernah kutemui. Tapi aku rasa, aku sangat menyukainya.
Dia, adalah lelaki yang sama sekali belum pernah kuketahui, tapi mengapa hatiku bisa terpaut padanya?
Dia, adalah lelaki yang telah beristri...
Begitu kecewanya aku dengan keadaan yang merundungku oleh sekitarku. Serasa tidak adil atas apa yang telah kulakukan. Apa aku pantas mendapatkan ini? Oh, tidak! Jangan bilang iya! Aku tidak pernah melakukan hal ini kepada orang lain. Tapi mengapa aku tidak mendapatkan perlakuan yang baik? Ya setidaknya setara atas apa yang aku lakukan kepada orang itu. Marah, kecewa dan sedih memuncak hingga membuat mataku basah dan tenggorokanku berat hanya untuk sekedar menelan ludah.
Aku ingin menari hingga kakiku terluka, Aku ingin berteriak hingga suaraku habis, aku ingin menangis hingga air mataku kering. Tapi aku hanya menatap nanar keatas langit sambil menggigit pilu.
Sampai pada sebuah cerita tentang seorang lelaki yang membuatku terpaut hati.
Diceritakanlah oleh seseorang, bahwa ada seorang lelaki begitu berani, kuat dan tangguh. Betapa tidak dalam pikiranku terbesit dia adalah orang yang menyeramkan dan menebar ngeri bagi musuhnya. Ya! Itu memang benar!
Suatu ketika, sebelum lelaki itu meninggal, lelaki itu membuat wasiat kepada sahabatnya untuk melakukan suatu kebiasaannya. Lelaki itu meminta sahabatnya untuk memberi makan seorang pengemis tua di ujung pasar. Tidak hanya sekedar memberikannya makan, tapi juga harus menyuapinya. Karena pengemis itu begitu tua dan buta.
Sesampainya di tempat yang telah diwasiatkan oleh lelaki itu, sahabatnya kemudian duduk di sebelah pengemis tua itu. Pengemis tua itu terus berteriak. Dari mulutnya keluar kalimat-kalimat kasar yang tidak pantas didengar. Kalimat-kalimat provokatif yang sungguh membuat hati ingin memukulnya.
Setelah beberapa suapan, pengemis itu menghentikan makan dan "orasi"nya. Pengemis itu memegang tangan yang menyuapinya sedari tadi.
"Tunggu sebentar. Kau bukan orang yang yang biasa menyuapiku. Siapa kamu?" Tanya pengemis tua itu.
"Tidak. Aku adalah orang yang biasa menyuapimu, Pak." Kata orang itu.
"Jangan mencoba menipuku! Aku memang buta. Tapi aku tidak mati rasa." Bantah pengemis itu.
"Darimana kau tahu aku bukanlah yang biasa menyuapimu, Pak tua?" Tanya orang itu.
"Orang yang biasa menyuapiku bertangan lembut. Dia biasa menyuapiku perlahan dengan makanan yang halus dan sentuhan yang tidak kasar." Lalu terdengar suara tangis yang tertahan dari sisi sang pengemis itu.
"Mengapa kau menangis? Dimana orang yang biasa menyuapiku? Siapa orang itu?" Tanya pengemis itu agak memaksa.
"Orang itu adalah Muhammad. Orang yang selama ini kau teriaki sebagai pembohong besar dan ahli sihir. Beliau sudah tiada. Dan beliau yang memerintahkanku untuk tetap menyuapimu, Pak Tua..." Desir padang pasir lebih nyata dibanding riuhnya lalulalang orang sekitar mereka.
Sebuah tangis pecah dan pertobatan terwujud...
Muhammad... Seorang lelaki yang kuat namun lembut. Seorang lelaki yang tidak menuntut apa yang telah dia perbuat kepada orang lain agar berlaku sama pada dirinya.
Muhammad... Seorang lelaki yang begitu ditakuti sekaligus begitu dikagumi.
Muhammad... Seorang lelaki yang belum pernah kutemui, tapi mengapa aku bisa terpaut hati?
Dia, adalah lelaki yang belum pernah kutemui. Tapi aku rasa, aku sangat menyukainya.
Dia, adalah lelaki yang sama sekali belum pernah kuketahui, tapi mengapa hatiku bisa terpaut padanya?
Dia, adalah lelaki yang telah beristri...
Begitu kecewanya aku dengan keadaan yang merundungku oleh sekitarku. Serasa tidak adil atas apa yang telah kulakukan. Apa aku pantas mendapatkan ini? Oh, tidak! Jangan bilang iya! Aku tidak pernah melakukan hal ini kepada orang lain. Tapi mengapa aku tidak mendapatkan perlakuan yang baik? Ya setidaknya setara atas apa yang aku lakukan kepada orang itu. Marah, kecewa dan sedih memuncak hingga membuat mataku basah dan tenggorokanku berat hanya untuk sekedar menelan ludah.
Aku ingin menari hingga kakiku terluka, Aku ingin berteriak hingga suaraku habis, aku ingin menangis hingga air mataku kering. Tapi aku hanya menatap nanar keatas langit sambil menggigit pilu.
Sampai pada sebuah cerita tentang seorang lelaki yang membuatku terpaut hati.
Diceritakanlah oleh seseorang, bahwa ada seorang lelaki begitu berani, kuat dan tangguh. Betapa tidak dalam pikiranku terbesit dia adalah orang yang menyeramkan dan menebar ngeri bagi musuhnya. Ya! Itu memang benar!
Suatu ketika, sebelum lelaki itu meninggal, lelaki itu membuat wasiat kepada sahabatnya untuk melakukan suatu kebiasaannya. Lelaki itu meminta sahabatnya untuk memberi makan seorang pengemis tua di ujung pasar. Tidak hanya sekedar memberikannya makan, tapi juga harus menyuapinya. Karena pengemis itu begitu tua dan buta.
Sesampainya di tempat yang telah diwasiatkan oleh lelaki itu, sahabatnya kemudian duduk di sebelah pengemis tua itu. Pengemis tua itu terus berteriak. Dari mulutnya keluar kalimat-kalimat kasar yang tidak pantas didengar. Kalimat-kalimat provokatif yang sungguh membuat hati ingin memukulnya.
Setelah beberapa suapan, pengemis itu menghentikan makan dan "orasi"nya. Pengemis itu memegang tangan yang menyuapinya sedari tadi.
"Tunggu sebentar. Kau bukan orang yang yang biasa menyuapiku. Siapa kamu?" Tanya pengemis tua itu.
"Tidak. Aku adalah orang yang biasa menyuapimu, Pak." Kata orang itu.
"Jangan mencoba menipuku! Aku memang buta. Tapi aku tidak mati rasa." Bantah pengemis itu.
"Darimana kau tahu aku bukanlah yang biasa menyuapimu, Pak tua?" Tanya orang itu.
"Orang yang biasa menyuapiku bertangan lembut. Dia biasa menyuapiku perlahan dengan makanan yang halus dan sentuhan yang tidak kasar." Lalu terdengar suara tangis yang tertahan dari sisi sang pengemis itu.
"Mengapa kau menangis? Dimana orang yang biasa menyuapiku? Siapa orang itu?" Tanya pengemis itu agak memaksa.
"Orang itu adalah Muhammad. Orang yang selama ini kau teriaki sebagai pembohong besar dan ahli sihir. Beliau sudah tiada. Dan beliau yang memerintahkanku untuk tetap menyuapimu, Pak Tua..." Desir padang pasir lebih nyata dibanding riuhnya lalulalang orang sekitar mereka.
Sebuah tangis pecah dan pertobatan terwujud...
Muhammad... Seorang lelaki yang kuat namun lembut. Seorang lelaki yang tidak menuntut apa yang telah dia perbuat kepada orang lain agar berlaku sama pada dirinya.
Muhammad... Seorang lelaki yang begitu ditakuti sekaligus begitu dikagumi.
Muhammad... Seorang lelaki yang belum pernah kutemui, tapi mengapa aku bisa terpaut hati?
Langganan:
Postingan (Atom)