Aku berdiri di dekat jendela dilantai 3 ini. Setahun yang lalu aku berdiri didekat jendela kaca dari lantai 5 dan memandangi orang2 yang lalulalang dibawah seperti tidak punya masalah. Sedang aku berdiri disini, diseberang mereka. Menatap dan mengamati gerak-gerik mereka. Mereka tidak tahu. Mungkin tidak pernah mau tahu. Masalah yang dialami orang lain dan menghakimi kesalahan yang diperbuat orang lain, mendengarkan terlalu banyak perkataan media tak jarang pula ikut bersimpati. Ah! Dunia ini memang penuh kebohongan.
Aku masih menatap mereka dari jendela kaca di lantai 3 ini. Dimana setahun lalu diwaktu yang sama aku berada di lantai 5 namun di tempat dan keadaan yang berbeda. Aku memandangi ada seorang ibu membawa rantang makanan sambil menuntun anaknya memasuki gedung ini. Siapa yang ingin ditemui ibu dan anak kecil itu? Miris dan sungguh setia. Ah! Lagi-lagi dunia. Tidak tahu mengapa orang-orang sebaik mereka bisa datang ketempat ini. Kemudian ada beberapa wartawan dari media sedang berkumpul didepan pintu gerbang. Identitas mereka terlihat jelas meski dari kejauhan dari peralatan yang mereka bawa. Pakaian seragam tempat bekerja, kamera, mikrofon, name tag, dan buku kecil serta ballpoint kecil disaku mereka. Mungkin akan ada yang mau masuk lagi ke gedung jahanam ini. Ah! Dunia! Siapa penghuni baru disini? Seberapa tenar dan pentingkah orang itu?
Tiba-tiba punggungku ada yang menyentuh sehingga membuyarkan lamunanku, lamunan dipinggir jendela kaca lantai 3 ini.
“Hei! Kerja yang benar! Jangan melamun terus! Sekarang saatnya makan. Istirahat sana!” Wanita berbadan tegap dan besar itu sedikit membentakku lalu menyuruhku untuk pergi ke ruang makan.
“iya, Bu.” Kataku sambil membungkuk.
Lalu temanku merangkul bahuku sambil menenangkanku.
“Kamu dimarahi lagi ya sama Si Mira itu? Ah! Sudah jangan diambil hati. Dia memang terkenal sebagai sipir tergalak disini. Ayo mari makan.” Lalu kami menuju tempat makan dan duduk berdekatan.
“Bagaimana keadaan anakmu?” Tanya temanku.
“oh, semoga dia baik-baik saja. Dia tinggal bersama tantenya.” Dalam hati aku sambil mengaminkan perkataanku tadi kepada temanku. Selama ini bila aku menanyakan keadaan anakku kepada adik iparku itu, dia selalu menjawab baik2 saja. Namun beberapa minggu ini ada yang mengganggu pikiranku. Tetanggaku datang menjengukku dan berkata bahwa dia pernah sesekali lewat rumah adik iparku itu dan melihat anakku sedang dipukuli dengan sapu sambil menyuruhnya mencuci baju. Hatiku teriris. Anakku baru kelas 3 SD sekarang. Disaat aku butuh bantuan, mengapa semua musti terjadi. Bahkan dari keluarga dekat sekalipun. Ah! Dunia!
“Tenang, aku yakin persidanganmu lancar dan kamu bisa bebas dari tempat laknat ini. Kamu tidak bersalah.” Kata temanku menguatkan.
“Amin.” Jawabku singkat. Masih terbayang si Upik anak ku yang masih kecil dan lucu itu. Miris sekali. Berkali-kali aku menjelaskan bahwa aku hanya membela diri dan tidak pernah sengaja melakukan hal itu, tapi dunia tidak percaya. Aku hanya seorang ibu yang hendak mempertahankan kesucian cintanya kepada almarhum suaminya yang hendak direnggut oleh atasannya sendiri diruang kantor yang sepi dimalam hari. Ruang kantor lantai 5. Aku hanya mencoba menjauhkan tubuhnya dariku. Jijik! Aku jijik membayangkannya. Rupanya aku terlalu keras mendorongnya sehingga dia terjengkang ke jendela yang terbuka itu. Dia jatuh! Ya! Jatuh! Dia mati. Biarlah dia mampus! Aku hina mengingatnya lagi. Tapi apa yang terjadi? Aku dituduh telah merencanakan hal ini. Karena aku dianggap menyimpan dendam terhadapnya, sering sakit hati karena dimarahi olehnya, gaji yang tidak sepadan dengan pekerjaan ataupun hal ini itu sampai aku dibilang wanita pelacur yang minta dijadikan istri muda dan dia menolak. Ah! Dunia! Berapa kali aku harus mengeluh tentangmu, dunia? Ah! Dunia ini hanya dunia. Dan aku percaya setiap keajaiban-Mu, Tuhan. Karena dunia ini hanya sebuah dunia. Setiap peristiwa pasti akan ada ujung dan tujuannya. Aku hanya percaya pada-Mu, Tuhan. Karena aku tidak percaya lagi pada dunia. Oh! Dunia! Ah! Hanya sebuah dunia!
Oleh: Tri Niasih Ati :)
Oleh: Tri Niasih Ati :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar