Rabu, 11 Oktober 2017

New experience

Apa ini namanya? Setiap membayangkannya atau mengingat atau menemukan hal serupa, badanku gemetar, jemari tangan dan kaki dingin, perut terasa melilit dan tidak bisa tidur. Menangis tidak karuan itu pasti. Apalagi bengong. Hampir dipastikan tiap duduk atau sedang hening. Pasti bengong.

Aku memberanikan diri bercerita kepada beberapa orang terdekat. Mereka responsif. Tapi itu masih belum membuatku tenang.

Salah satu temanku menyarankan agar aku tidak menunda ke psikolog. Dulu, aku tidak berani ke psikolog. Seakan-akan aku memiliki gangguan kejiwaan berat kalau aku ke sana. Tapi sayangnya, kadang orang sekitar ikut mengamini mitos itu. Seringkali, apa yang aku ceritakan pada mereka dianggap hanyalah sisi emosionalku yang berlebihan. Yang kelewat lembek. Mereka tidak  tau, masalah itu memang sangat kecil, tapi bagiku tidak. Aku merasa tidak punya pendukung dan merasa di remehkan.

Untung ada temanku yang menyarankan aku untuk menemui psikolog. Akhirnya Aku ikuti. Aku memberanikan diri bercerita pada beliau. Dan baiklah, aku didiagnosa trauma yang mengakibatkan aku depresi.

Aku perlu beberapa kali berkunjung lagi. Well, setidaknya ada orang yang tidak menganggap remeh ceritaku.

Ini mudah. Seperti kamu sakit kepala dan tidak tahan lagi, makanya kamu ke dokter. Seperti itu saja. Tidak ada sugesti lebih.