Tempat curhat terbuka yang rahasia. Hanya yang peduli dan yang penasaranlah yang tahu. Kamu yang mana?
Selasa, 24 Januari 2017
Lagi?
Pernah merasa diremehkan? Jelas pernah.
Pernah ingin menyerah? Iya!
Pernah sangat menikmati rasa sakit? Well, yeah.
Pernah merasa menjadi pilihan kedua? Duh, apalagi ini!
Pernah merasa tidak punya kelebihan apa-apa? Hmm... kadang-kadang.
Pernah merasa dibandingkan? Secara tersirat, iya!
Pernah dijadikan bahan tertawaan karena kamu belum bisa apa-apa? Hu'uh!
Pernah merasa tidak penting? nggak... Eh, pernah...
Pernah merasa tidak seberuntung orang lain? Tidak bisa dipungkiri!
Pernah ingin lari ke tempat di mana tidak ada orang yang mengenal kita dan kita kenal? Sering!
Pernah merasa sendiri dan tidak akan ada yang sempurna mengerti? IYES!
Semua itu pernah dirasakan bukan? Bagaimana kalau mengalaminya lagi? Berulang-ulang. Ini seperti sebuah siklus kehidupan yang sepertinya memang sebuah prosedur yang harus dilalui. Tapi rasa sakitnya meningkat lho! Pasti tidak sama dengan sebelumnya. Rasanya, seperti ingin marah. Berantakan. Tidak bisa dijelaskan. Lebih melegakan disimpan sendiri sampai hilang rasanya. Tidak perlu banyak orang tahu. Kadang, tidak perlu ada yang tahu. Sebagian, akan menasehati. Sebagian lagi mencoba membantu karena merasa kasihan. Sebagian besarnya, ingin tahu dan memasang topeng kepedulian. Yang lebih parah, tidak sedikit yang menghakimi dan menyalahkan. Hanya sedikit yang bersedia mendengarkan, memeluk, menguatkan, menggenggam tangan, dan mengajak melaluinya bersama.
Pernah jatuh cinta? Pernah!
Dengan siapa? Diri sendiri.
Menyadari kalau ternyata diri sendiri sekuat dan sehebat itu. :)
Jumat, 20 Januari 2017
Same shit different people
Mungkin, idiom yang sering didengar adalah same shit different day. CMIIW, artinya, kerjaan atau kejadian yang sama seperti sebelumnya tapi terjadi atau dilakukan lagi di hari berbeda (selanjutnya).
Kayaknya serupa dengan same shit different people. Perilaku sama, kejadian sama, atau perbuatan yang sama, yang dilakukan oleh orang yang sebelumnya, terjadi (dilakukan) lagi oleh orang yang berbeda.
Entah semacam karma atau memang sebuah ujian yang kalau kamu belum lulus dari ujian itu maka kamu akan diuji dengan ujian yang sama berkali-kali sampai kamu lulus.
Kadang, sampai terlintas dibenak apakah memang kamu itu pantas nerima ini karena kamu kena karma? Atau kamu memang pantas dapat perlakuan itu berkali-kali karena memang kapasitas kamu gak naik-naik. Segitu-segitu aja. Iya gak sih?
Pasti terlintas pikiran "dosa apa gue sampe ngalamin hal kayak gini lagi?" atau "ya ampun. Padahal gue udah pernah beberapa kali ngalamin yang kayak gini. Masih aja ngalamin lagi dan tidak ada tindakan korektifnya. Oke. Fine"
Yasudahlah. Kalau dua-duanya terjadi, intinya kamu disuruh koreksi diri. Hidup itu gak sendiri.
Selasa, 17 Januari 2017
Takut terhadap diri sendiri
Pernah kebayang gak kalo ketemu orang lain yang notabene itu adalah cerminan diri kita sendiri?
Bagaimana rasanya? Ngeri? Seru? Lucu? Atau aneh?
Baru-baru ini terpikir rasanya bagaimana kalau bertemu dengan diri sendiri. Dengan segala sifat buruk atau sifat terjahat yang ada dalam diri sendiri. Sifat jahat apa yang paling kamu takutkan?
Aku? Aku bukan seorang pemaaf yang baik. Lebih tepatnya, seorang pendendam yang oportunis. sebenarnya tidak berniat untuk balas dendam. Hanya saja bila dapat kesempatan, kalau bisa membalas lebih pahit kenapa harus memaafkan? Hahahahaaa
Aku suka menghitung kesalahan orang. Kesal? Marah? Kecewa? Pasti! Tapi aku bisa menahannya. Aku hanya membiarkan mereka merasa terlena terhadap kesenangan menyakiti dan seolah-olah aku memang orang baik hati yang tidak punya hati disakiti namun selalu berbuat baik.
Aku tidak pernah berencana untuk balas dendam. Tapi kesempatan itu seringkali datang. Pada saat balas dendam itu terjadi, aku sudah tidak punya perasaan lagi untuk peduli. Secara tidak sadar ternyata aku sedang membalas dendam. Itu berjalan begitu saja. Mengalir sesuai takdir. Tidak pernah direncanakan. Aku hanya berharap mereka tahu rasanya perbuatan yang pernah mereka lakukan kepadaku. Kalau yang aku lakukan itu lebih dari yang pernah mereka perbuat padaku, yaaa well... Itu hanya kebetulan. Kebetulan yang selalu terjadi. Ketika mereka menganggap aku "tidak punya hati" karena tidak pernah sakit hati (read: selalu memaafkan) karena kesalahan mereka, maka seperti itulah aku pula saat membalas mereka. Tidak punya hati.
Aku sering membiarkan orang percaya bahwa aku percaya kebohongan mereka. Mereka merasa telah berhasil membohongiku. Menurut kalian, siapa yang sebenarnya berbohong? Mereka yang membohongiku atau aku yang berhasil membuat mereka percaya bahwa aku telah mereka bohongi? Hahahaaa
Sebenarnya, aku tidak sejahat itu. Aku bukan pembenci yang baik. Tapi aku juga tidak munafik. Aku membiarkan waktu yang menjawab. Kadang, aku membiarkan waktu membunuh mereka dengan rasa bersalah atau rasa kehilangan. Mungkin aku bukan orang yang terbaik. Tapi aku pastikan, mereka akan mendapat kehilangan besar bila aku tidak ada.
Karma itu ada. Bukan aku yang membuatnya. Kesempatan itupun ada. Dan sekali lagi, bukan aku yg menciptakan. Bila kesempatan membalas karma itu datang, dipastikan itu bukan unsur kesengajaan. Tapi rasa sakit yg aku buat, itu pasti hasil ketidakbaikan mereka dimasalalu. Aku tidak suka menyakiti orang. Bila mereka tersakiti oleh ku, tanyalah mereka. Pernah berbuat apa dulu terhadapku. Mudah.
Aku selalu memberi maaf, pula peringatan. Jika masih diulang, itu berarti aku sedang diremehkan. Baiklah. Jujur saja, aku suka diremehkan. Aku suka membalas mereka yg meremehkan. Cara membalas dendam kepada orang yg meremehkan adalah membuktikan kalau mereka itu salah.
Aku seperti mengeluh sekaligus menikmati rasa sakit. Sebab buatku, yang terakhir tertawalah yang menjadi pemenang.
Mengutip lirik lagu Kerispatih yang judulnya Tapi Bukan Aku : "sebab rasaku tlah mati untuk menyadarinya".
Masih terpikir begitu ngeri bila aku bertemu dengan orang sejahat itu. Ya. Diriku sendiri.
Kamis, 12 Januari 2017
Dear Joan,
Dear Joan,
Terimakasih sudah kembali. Terimakasih sudah menjadi teman baik. Terimakasih sudah akan menjadi teman hidup.
Dear Joan,
Terimakasih atas segala tawa yang kembali. Terimakasih telah membuka hati. Terimakasih atas keringanan perasaan. Terimakasih atas prasangka buruk yang terhilangkan. Terimakasih atas keraguan yg terjawab.
Dear Joan,
Terimakasih atas Ibu dan Bapak baru untukku. Begitu sergap dan pengkode keras. Terimakasih atas tetangga-tetangga yg heboh saat pertamakali bertemu. Terimakasih atas teman-teman kemlu yg super. Terimakasih Cikuray yang indah.
Dear Joan,
Terimakasih kecupan kening saat kita berpisah untuk bertemu lagi. Terimakasih, sahabat jadi cinta.
Terimakasih... :)